Kata | Definisi |
---|---|
Wartawan / Jurnalis | “Wartawan yang memiliki media tempat mereka bekerja, berkompetensi, memiliki ID Pers, dapat memebedakan dan memahami berita fakta/hoax serta mengikuti kode etik jurnalistik,” Menurut Bernhart Farras Jurnalis Pranala.News dan ex-International Reporter CNBC, 2019 |
Korlip (Kordinator Liputan) | Wartawan yang ditunjuk redaksi untuk mengkoordinir liputan. |
Korlap (Kordinator Lapangan) | Wartawan yang mengkoordinir teman-temannya untuk melakukan suatu liputan. Walaupun memiliki kata yang positif, biasanya istilah ini juga dikaitkan dengan hal negatif seperti benefit liputan, di mana ia bertugas untuk memastikan adanya amplop. |
Digergaji / Gergaji / Dipotek / Potek | korlap memotong jatah amplop sebelum dibagikan kepada teman-teman wartawan lainnya. |
Wartawan amplop | Wartawan yang memiliki media tempat mereka bekerja. Namun mereka selalu menerima, bahkan terkadang mencari uang dari narasumber. Pokoknya, mereka punya hobi mencari keuntungan pribadi dengan status kewartawanannya. “itu julukan negatif bagi wartawan yang melanggar kode etik jurnalistik, yakni yang menerima uang maupun hadiah-hadiah dari narasumber,” Zaenudin HM (The Journalist, 2001, hal 62). |
WTS (Wartawan Tanpa Surat Kabar) / Wartawan Bodong / Wartawan Gadungan | Biasanya disematkan pada orang yang mengaku-ngaku sebagai wartawan, tetapi sebenarnya dia tidak bekerja untuk media manapun. Tapi, ada juga yang punya ID card, bikinan sendiri. Tujuannya untuk meyakinkan narasumber demi mencari keuntungan pribadi |
Wartawan Bodrek / Bodrex | Mirip dengan WTS. Tetapi, kebanyakan orang mencap mereka sebagai orang yang sering memaksa narasumber untuk memberi uang atau proyek tertentu. “Kata ini sudah lama diucapkan di kalangan wartawan, diduga karena iklan obat sakit kepala Bodrex. Iklan memiliki pasukan Bodrex yang kerjanya beramai-ramai. Slogannya: Bodrex datang Bodrex menyerang. Nah, kerja mereka seperti itu, datang dan menyerang narasumber,” Bernhart Farras, 2020. “Sebetulnya tidak pantas disebut wartawan karena mereka tidak menjalankan tugas-tugas jurnalistik sebagaimana umumnya yang dilakukan wartawan. Embel-embel kata wartawan terlanjur digunakan karena mereka sering mengaku sebagai wartawan. mereka tidak bekerja untuk media manapun. Mereka hanya berpura-pura jadi wartawan,” Zaenudin HM (The Journalist, 2001, hal 64). |
Kapsul | kata ini sering dipakai oleh wartawan untuk menyebut wartawan bodrek. Tujuannya agar wartawan bodrek tidak tersinggung. |
Wartawan Corong | istilah yang disematkan untuk wartawan yang benar-benar tunduk pada narasumber. Ia mengemas berita sesuai dengan keinginan atau arahan narasumber yang telah memberinya amplop |
Warpas (Wartawan Copas – Copy Paste) | “Wartawan malas yang membuat berita dengan menjiplak total dari siaran pers atau berita orang lain,” Bernhart Farras, 2020. |
Muntaber | kata ini sering dipakai untuk bahan bercandaan wartawan. Misalnya datang ke redaksi, tanpa bahan berita. Maka disebut muncul tanpa berita. |
Wartawan CNN (Cuma Nanya Nanya) | ini istilah yang mirip dengan muntaber (muncul tanpa berita). Istilah muncul karena kekesalan wartawan yang beritanya tidak diterbitkan oleh redaksinya, padahal dia sudah wawancara panjang lebar dengan narasumber. Jadinya ya, Cuma Nanya-Nanya. |
Wartawan Punggung | wartawan yang punya kebiasaan berada di belakang narasumber dan tak pernah bertanya. Biasanya, ia sengaja supaya tersorot kamera televisi sehingga bosnya di redaksi tahu |
Jale / Jals | ini kata lain dari istilah amplop. Asal katanya jala atau menjala yang berguna untuk menangkap ikan di sungai atau empang. Kalau dibahasakan dengan bahasa Betawi jadi jale atau menjale. Nah, jadilah plesetan benefit yang didapat saat menjalankan profesi jurnalis. Awalnya sih ini dimaksudkan untuk menjelaskan proses mencari amplop. |
Suel | istilah yang dipakai sebagian wartawan di Karanganyar untuk menyebut jale. |
Pacah / Prengke | plesetan istilah Jale di Padang, Sumatera Barat. |
Sopoi | ini juga kata lain dari jale. Umumnya kata ini dipakai di daerah Kalimantan Barat |
Pucuk | Ini bukan iklan minuman teh. hehe. Tapi, ini istilah untuk mengatakan uang dari narasumber. Istilah ini berlaku di daerah Sumatera |
Wulu | istilah ini sering dipakai rekan-rekan di wilayah Pantura, Jawa. Kata ini buat menyebut amplop |
Rebon / Beras | Kata ini juga dipakai untuk mengistilahkan jale di kalangan wartawan yang bertugas di salah satu instansi |
THR (Tunjangan Hari Raya) | ini juga sering jadi plesetan untuk uang amplop dan jale, khususnya di hari raya. |
Ngarit / Nanduk | plesetan istilah Jale Tetapi artinya lebih ke bagaimana mencari jale. |
Peluru | plesetan istilah Jale. Tapi biasanya hanya dipakai oleh wartawan di instansi tertentu saja. |
Kir | ini kata lain dari jale di sebagian kalangan wartawan infotainment. Jadi, ini plesetan uang kelayakan |
Tek-tek | Ini terkenal di Surabaya. Tek-tek, meminjam kata dari tahu tek, makanan khas Surabaya. Artinya, begitu meja si narsum diketek (diketuk), pasti tahu ujung-ujungnya soal uang |
Suntik | ini cara wartawan di salah satu daerah memplesetkan kata Jale. Asal muasalnya adalah dari kasus pengalaman orang sakit, kalau orang sakit ke dokter, biasanya dia disuntik |
86 | biasanya diucapkan anggota polisi di radio HT begini: lapan anam. Ini merupakan kata sandi atau kode percakapan anggota polisi. Kira-kira, artinya ialah dimengerti atau dipahami. Sebuah informasi (taruna) dapat dimengerti. Tapi, sebagian wartawan memplesetkannya menjadi kata perdamaian, damai, peace. Ada juga yang mengartikannya sebagai kata untuk menyebut benefit atau amplop yang mereka dapat dari narasumber. |
Jelas / Liputan Harum | jale dari narasumber sudah pasti ada dan pasti akan didapat oleh oknum-oknum wartawan yang sangat menginginkannya. |
Bandar / BD | Ini kata lain untuk orang yang memegang jale di suatu tempat liputan. Biasanya setelah liputan selesai, wartawan amplop akan menemui atau mencari-cari orang ini |
Operasi Batok / Operasi Jiboti | operasi untuk mencari amplop |
Ada Vitamin / ada Aduh | artinya dalam suatu kesempatan liputan, ada jale yang bisa didapat si wartawan |
Aman | jale dari narasumber sudah di tangan wartawan atau sudah ditangan korlap wartawan. |
Amankan | ini beda pengertiannya dengan aman. Amankan, artinya wartawan menutupi kasus tertentu atau sengaja tidak memberitakannya karena yang bersangkutan sudah menerima amplop. |
Cair | jale sudah dibagi-bagikan kepada wartawan. Atau bisa juga jale sudah sampai ke tangan wartawan. Artinya mirip-mirip juga dengan aman. |
Partun (partai tunda) | Narasumber atau humas baru memberikan jale bila beritanya sudah tayang atau terbit. |
Kering | acara yang diliput tidak menghasilkan benefit alias tidak ada jale-nya |
Centong Kaleng | plesetan untuk mengatakan humas atau narasumber yang pelit untuk memberi amplop |
Poh-poh | maksudnya, isi amplopnya banyak. Asalnya dari bunyi ketika orang menaruh gepokan uang. Buk-buk. Ini berlaku di salah satu daerah di Tanah Air saja |
Seret / Sret-sret | nah kalau ini lawan dari poh-poh. Sret-sret sebutan untuk wartawan amplop yang mengatakan isi amplopnya sedikit. Ini juga hanya berlaku di salah satu daerah. |
Segalon | istilah ini dikenal di Ibukota. Segalon artinya nominal jale adalah Rp 1 juta |
Pego | Nominal jale 150 ribu |
Seliter / Setiang / Satekuk (Bogor) / Ceper (Cepek Ceria) | Nominal jale 100 ribu |
Gocer (gocap ceria) | Nominal jale 50 ribu |
Normatif | jumlah benefitnya tidak lebih tidak kurang atau seperti biasanya |
Jumat Ceria | hari dimana oknum-oknum wartawan berkumpul untuk menerima amplop dari narasumber tertentu. Ini hanya berlaku di daerah tertentu |
Arahan | arti formalnya ialah instruksi atau petunjuk. Sebagian wartawan sering memplesetkannya sebagai ajakan dari narasumber untuk melakukan hal yang menyenangkan, misalnya makan-makan. |
Absen | suatu tanda kehadiran di salah satu acara. Sebagian wartawan sering mengaitkannya dengan aktivitas ngamplop. Hanya yang absen yang dapat jale. |
Copas (Copy Paste) / Kloning | wartawan yang tidak ikut meliput berita, tetapi dia hanya minta data dari teman yang meliput. Lalu dia membuat berita yang seakan-akan dia ikut meliput. |
Pantul | memantulkan. Ini merupakan kata lain dari bagi-bagi informasi antara satu wartawan dengan wartawan lainnya |
Barbuk (Barang Bukti) | Dalam masalah kriminal, di kepolisian misalnya, barbuk ini merupakan elemen penting untuk pengungkapan. Barbuk bisa bercerita apa saja. Nah, saking ampuhnya, kata ini juga jadi pleseten bagi sebagian wartawan amplop. Tulisan berita hasil wawancara narasumber atau foto, misalnya, bisa jadi barbuk untuk mendapatkan jale dari narasumber atau orang yang berkepentingan. Ada barbuk, maka ada jale |
Cepu | ini adalah istilah yang sering dipakai di kepolisian. Artinya mata-mata atau informan. Nah, istilah ini juga sering dipakai wartawan untuk menyebut orang dalam kepolisian yang memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau berita. |
Taruna | Ini juga bahasa dalam radio HT polisi, seperti Cepu. Taruna artinya berita. Biasanya, istilah ini dipakai oleh wartawan kriminal |
Artisan | (atau sering disebut jurnalis tuyul). Ini pencari berita yang hanya dikontrak secara lisan oleh koresponden suatu media dengan sistem gaji suka suka koresponden atau berdasarkan kesepakatan mereka tanpa sepengetahuan perusahaan. |
Leave a Reply